WAKTU PUASA BAGI YANG MALAM DAN SIANG TAK JELAS
29 June 2015
Last Updated on 29 June 2015
Abu Kayyisa
Waktu Puasa Bagi Yang Malam dan Siang Tak Jelas
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه وبعد
Barakallahu fiikum, saudaraku...
PERTANYAAN: Bagaimana orang yang berpuasa di negeri yang waktu siang dan malamnya sempit atau tidak jelas?
JAWAB:
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan:
«وَخُلاَصَةُ مَا سَبَقَ: أَنَّ مَنْ كَانَ فِي بَلَدٍ فِيْهِ لَيْلٌ وَنَهَارٌ يَتَعَاقَبَانِ فِي أَرْبَعِ وَعِشْرِيْنَ سَاعَةً لَزِمَهُ صِيَامُ النَّهَارِ وَإِنْ طَالَ، إِلَّا أَنْ يَشُقَّ عَلَيهِ مَشَقَّةً غَيْر مُحْتَمَلَةٍ يُخْشَى مِنهَا الضَّرَرُ، أَوْ حُدُوثِ مَرَضٍ فَلَهُ الفِطْرَ وَتَأخِيْر الصَّيَامِ إِلَى زَمَنٍ يَقصِرُ فِيْهِ النَّهَار.
وَأَمّا مَن كَانَ فِي بَلَدٍ لاَ يَتَعَاقَبُ فِيْهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ فِي أَرْبَعِ وَعِشْرِينَ سَاعَةً فَإِنَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ فِيهِ: إِمَّا بِالتَّسَاوِي، وَإِمَّا بِحَسْبِ مُدَّتِهِمَا فِي مَكَّةَ وَالمَدِيْنِة، وَإِمَّا بِحَسْبِ مُدَّتِهِمَا فِي أَقْرَبِ بَلَدٍ عَلَى الخِلاَفِ السَّابِقِ».
"Dan ringkasan dari apa yang telah lewat adalah: bahwa barang siapa di negeri yang terdapat padanya malam dan siang yang saling bergantian dalam waktu 24 jam, maka wajib baginya untuk berpuasa pada siang hari walaupun panjang siangnya, kecuali kalau hal tersebut memberatkan dirinya yang ia tidak mampu untuk melakukan puasa serta dikhawatirkan akan terjadi padanya dhoror (gangguan) atau tambah akan terjangkit penyakit, maka boleh baginya untuk berbuka serta mengakhirkan puasa sampai pada waktu yang pendek waktu siangnya (beberapa tahun akan berganti waktu siangnya menjadi pendek).
Adapun kalau dia berada di negeri yang tidak ada pergantian padanya siang dan malam dalam 24 jam, maka hendaknya ia mentaqdir waktu malam dan siangnya; entah dengan menggunakan cara menyamaratakan waktunya, atau sesuai dengan waktu Mekkah dan Madinah, atau dengan menggunakan waktu siang malam di tempat (negeri muslim) yang paling terdekat dengan negeri tersebut berlandaskan dengan ikhtilaf pada permasalahan sebelumnya." (lihat "Majmu Fatawa wa Rosa'il Ibnu Utsaimin" (19/310))
FAWAID YANG BISA DIAMBIL :
- Bagi daerah yang masih jelas pergantian siang dan malamnya maka hukum asal penduduk daerah itu harus berpuasa penuh kecuali apabila dikhawatirkan mendapat mudhorot bagi kesehatan maka boleh baginya untuk berbuka serta mengakhirkan puasa sampai pada waktu yang pendek waktu siangnya (beberapa tahun akan berganti waktu siangnya menjadi pendek).
- Bila pergantian siang dan malam TIDAK JELAS maka boleh mengambil waktu dari negeri muslim yang terdekat ataupun waktu di mekkah.
- Keindahan dan Kemudahan Islam itu meliputi segala hal bahkan tentang puasa bagi warga di Kutub utara/selatan.
- Dianjurkan nya orang yang tinggal di negara kafir (mayoritas penduduknya kafir) untuk hijrah ke negara muslim (mayoritas penduduk nya muslim) berdasarkan hadits, Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :
أَنَا بَرِيءٌ مِنْ كُلِّ مُسْلِمٍ يُقِيمُ بَيْنَ أَظْهُرِ الْمُشْرِكِينَ
"Aku berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal (merasa nyaman mukim) di tengah-tengah orang-orang musyrik. "
SHOHIH (HR. Abu Dawud no. 2645, at Tirmidzi no.1604, Ath-Thabarani dalam al Mu'jamul-Kabiir no. 2264, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghaliil no.1207)
.
- Kalau tinggal di negeri kafir tidak boleh, maka demikian juga safar ke negara kafir, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :.
حكم السفر إلى بلاد الكفر
Hukum Safar ke Negara Kafir (mayoritas penduduknya kafir) :
فنقول : السفر إلى بلاد الكفار لا يجوز إلا بثلاثة شروط:
Maka kami katakan: safar/bepergian ke negeri kafir tidak diperbolehkan kecuali dengan tiga syarat:
الشرط الأول: أن يكون عند الإنسان علم يدفع به الشبهات.
Pertama : Orang yang hendak safar mempunyai ilmu sebagai benteng untuk menolak syubhat.
الشرط الثاني: أن يكون عنده دين يمنعه من الشهوات.
Kedua : Orang yang hendak safar mempunyai agama untuk menjaganya dari syahwat.
الشرط الثالث: أن يكون محتاجاً إلى ذلك.
فإن لم تتم هذه الشروط فإنه لا يجوز السفر إلى بلاد الكفار لما في ذلك من الفتنة أو خوف الفتنة وفيه إضاعة المال لأن الإنسان ينفق أموالاً كثيرة في هذه الأسفار.
أما إذا دعت الحاجة إلى ذلك لعلاج أو تلقي علم لا يوجد في بلده وكان عنده علم ودين على ما وصفنا فهذا لا بأس به.
وأما السفر للسياحة في بلاد الكفار فهذا ليس بحاجة وبإمكانه أن يذهب إلى بلاد إسلامية يحافظ أهلها على شعائر الإسلام
Ketiga : Safarnya karena kebutuhan.
Apabila tidak sempurna syarat-syarat ini, maka tidak diperbolehkan safar ke negeri kafir, karena di dalamnya terdapat fitnah, menghambur-hamburkan harta, dan sudah dimaklumi bahwa orang yang safar ke negeri kafir akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Adapun apabila memang ada kebutuhan, seperti berobat, atau belajar ilmu yang tidak didapati di negerinya, dan orang yang akan safar ini mempunyai ilmu dan agama; maka hal itu tidak mengapa.
Akan tetapi, apabila safarnya ke negeri kafir hanya untuk tamasya atau melancong, maka hal ini bukanlah sebuah kebutuhan, karena dia masih bisa untuk tamasya ke negeri muslim yang penduduknya masih menjaga syi'ar-syi'ar Islam. (Syarah Tsalaatsatil-Ushul hal. 131-134 oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah, cet. Daar ats-Tsuraya lin Nasyr 1424 H )
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Wallaahu a'lam bishshawwaab.
Abu Kayyisa,
Dubai UAE - Siang menderap Pencakar Langit Dubai, Kamis, 12 Ramadhan 1436 H/29 Juni 2015.
ARSIP ARTIKELs
Kajian Online UAE 
Add comment